Oleh : Rizki Wirantara
Bismillah was shalatu wa salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du’
Al-Quran menyebutkan kriteria karyawan yang idela di beberapa ayat. Dan semuanya dalam bentuk kisah, di antaranya :
- Firman Allah yang menceritakan tentang kondisi Nabi Yusuf saat di Mesir
Setelah Yusuf mentakwil atau mentafsir mimpi yang dialami penguasa Mesir, dia pun merasa senang dengan keberadaan Yusuf. Lalu, penguasa itu memberikan pujian kepada Nabi Yusuf,
اِنَّكَ الۡيَوۡمَ لَدَيۡنَا مَكِيۡنٌ اَمِيۡنٌ
“Kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi (kuat secara posisi) lagi dipercaya pada sisi kami”
Kemudian Nabi Yusuf ‘alaihissalam menawarkan diri,
قَالَ اجۡعَلۡنِىۡ عَلٰى خَزَآٮِٕنِ الۡاَرۡضِ اِنِّىۡ حَفِيۡظٌ عَلِيۡمٌ
”Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 54-55)
Dari dua ayat ini Nabi Yusuf memiliki karakter yakni dipercaya (amanah), yang menanadakan beliau Jujur dalam bekerja, kemudian pandai menjaga yakni bisa menjaga harta, jujur dalam mengelola, dan efisien dalam penggunaan. Dan Beliau berpengetahuan dalam bidangnya yaitu bendaharawan.
- Firman Allah yang menceritakan perkataan jin Ifrit
Setelah Sulaiman mendengar kabar bahwa Ratu Bilqis berangkat menuju negrinya, Beliau membuat sayembara untuk memindahkan singgasana sang ratu ke Syam.
Lalu, Jin Ifrit pertama kali yang mengangkat tangan dan mengatakan kepada Sulaiman,
قَالَ عِفۡرِيۡتٌ مِّنَ الۡجِنِّ اَنَا اٰتِيۡكَ بِهٖ قَبۡلَ اَنۡ تَقُوۡمَ مِنۡ مَّقَامِكَۚ وَاِنِّىۡ عَلَيۡهِ لَـقَوِىٌّ اَمِيۡنٌ
Ifrit dalam golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.” (QS. An-Naml: 54-55).
Perhatikan kalimat yang terakhir yang dinyatakan Jin Ifrit, “sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.” Karyawan yang Ideal memiliki kelebihan dan amanah.
Kuat artinya mampu memindahkan singgasana Bilqis. Dapat dipercaya, artinya Amanah dalam melaksanakan tugas ini.
- Firman Allah tentang ucapan putri Syaikhul Madyan (mertuan Nabi Musa)
Ketika Nabi Musa dikejar-kejar oleh Fir’aun dan tentaranya, beliau melarikan diri. Hingga bertemu dengan dua gadis yang menggembalakan kambing dan kesulitan untuk mendapatkan air. Akhirnya, ditolongh oleh Musa, kemudian kedua gadis itu meminta Musa untuk datanng ke rumahnya menemui ayahnya.
Setelah diceritakan semuanya kepada ayah gadis itu, salah satu gadis itu mengatakan kepada ayahnya,
قَالَتۡ اِحۡدٰٮہُمَا يٰۤاَبَتِ اسْتَاْجِرۡهُ اِنَّ خَيۡرَ مَنِ اسۡتَـاْجَرۡتَ الۡقَوِىُّ الۡاَمِيۡنُ
“Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashas: 26).
Di bagian akhir ayat , Allah menyebutkan perkataan wanita itu, “sesungguhnya orang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya”.
- Firman Allah tentang sifat Malaikat Jibril, sebagai pengemban wahyu untuk para Rasul.
Malaikat Jibril memiliki banyak kelebihan, yang dengan kelebihan itu, layak untuk ditunjuk sebagai perantara wahyu antara Allah dengan para rasul.
اِنَّهٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ كَرِيۡمٍۙ . ذِىۡ قُوَّةٍ عِنۡدَ ذِى الۡعَرۡشِ مَكِيۡنٍۙ . مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيۡنٍؕ
“ Sesungguhnya (Alquran) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki Arasy, yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya. ” (QS. At-Takwir: 19-21).
“mempunyai kekuatan” artinya kemampuanuntuk menyampaikan wahtu kepada para Nabi dan “makhluk yang Amanah” sehingga tidak akan menyelewengkan tugas itu.
Dari keempat kejadian di atas, bahwa pegawai yang idela bermuara kepada dua sifat:
- Memiliki kemampuan sesuai bidangnya.
- Amanah dalam melaksankan tugas.
Keterangan Ulama mengenai Pegawai yang Ideal
Ulama itu adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dalam kitabnya as-Siyasah asy-Syar’iyah , beliau mengatakan
“ Perlu diketahui kondisi terbaik untuk setiap posisi pengemban amanah, karena jabatan itu memiliki dua rukun: Kekuatan (kemampuan) dan amanah”
Selanjutnya beliau memberikan rincian
“Makna kekuatan di masing-masing jabatan sesuai dengan posisinya. Makna kekuatan dalam memimpin perang Kembali kepada sifat keberanian, pengetahuan tentang perang, dan kemampuan mengelabui lawan, Karena perang adalah tak-tik mengelabui lawan. Termasuk kemampuan dalam memainkan serangan perang, seperti memanah, menusuk, memenggal, menunggang kendaraan, maju mundur, dst.”
“Sementara makna kemampuan dalam memutuskan perkara manusia kembali kepada pengetahuannya terhadap keadilan yang ditunjukan Al-Quran dan Sunnah, dan kemampuan dalam mewujudkan hukum. Sedangkan sifat amanah Kembali kepada rasa takut dia kepada Allah, tidak menukar-nukar ayat-ayat Allah dengan dunia, dan tidak takut kepada komentar manusia” (as-Siyasah asy-Syar’iyah, hlm. 6-7).
Orang yang memiliki dua sifat kekuatan (kemampuan) dan amanah dalam melaksanakan tugas sekaligus sangat sedikit di Masyarakat. Karena itu, harus dipilih berdasar skala prioritas.
Syaikhul Islam menyebutkan,
“ Orang yang memiliki dua sifat: kuat dan amanah, jumlah sedikit di Masyarakat. Karena itulah , Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berdoa, ‘Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu tentang keberadaan orang yang tegas tapi tukang maksiat dan orang yang lemah, namun terpercaya.’ Untuk itu, di masing-masing posisi jabatan, wajib dipilih yang paling sesuai dengan kondisinya. Jika ada dua orang, yang satu unggul sifat amanahnya, sementara yang kedua unggul kekuatannya, maka didahulukan yang lebih bermanfaat untuk posisi jabatan itu dan yang paling sedikit tampak buruknya” (as-Siyasah asy-Syar’iyah, hlm. 9).
Terkadang ada jabatan, Dimana sifat ketegasan, keras, dan disiplin lebih dibutuhkan dibandingkan sifat amanah. Seperti di dunia militer untuk keamanan negara. Sebaliknya, ada posisi dimana sifat amanah lenih dibutuhkan, meskipun orangnya lembut, lunak dan bahkan kadang penakut.
Imam Ahmad pernah ditanya
Ada dua orang yang dipilih sebagai panglima perang. Orang pertama kuat, tapi suka maksiat. Orang kedua soleh, tapi lemah. Siapa yang lebih layak untuk dipilih?
Jawab Imam Ahmad rahimahullah,
“Orang yang suka berbuat dosa, tapi kuat, maka sifat kuatnya menguntungkan kaum muslimin. Sementara, dosa maksiatnya untuk dirinya sendiri, sedangkan orang soleh yang lemah, salehnya untuk dirinya sendiri, sedangkan lemahnya merugikan kaum muslimin. Oleh karena itu, silahkan ikut panglima yang kuat yang fajir (suka berbuat dosa).” (as-Siyasah asy-Syar’iyah, hlm. 9).
Bila persyaratan sifat amanah dan keshalihan diabaikan oleh seorang karyawan atau dilimpahkan kepada seseorang yang tidak berkompeten dalam bidangnya, maka ini merupakan tanda kiamat sudah dekat.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa saat Nabi Shalallahu ‘alayhi wa Sallam berbincang dengan beberapa sahabat di majelisnya. Tiba-tiba dating seorang badui, seraya bertanya, “Kapan hari Kiamat?
Nabi Shalallahu ‘alayhi wa Sallam meneruskan percakapannya. Selesai bercakap Nabi Shalallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “mana yang tadi bertanya tentang hari kiamat?
Badui itu berkata, “Ini saya, wahai Rasullalah”
Nabi Shalallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda,
إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة
“Apabila amanah disiakan, maka bersiaplah menghadapi hari kiamat”
Badui itu berkata, “Bagaimana bentu menyia-nyiakan amanah?”
Nabi Shalallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda,
إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة
“Apabila sebuah urusan/pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka bersiaplah menghadapi hari kiamat”. (HR. Bukhari).
Yang dimaksud hadis ini bahwa bila sebuah tugas yang berkaitan dengan orang banyak, baik dalam urusan dunia maupun agama diembankan kepada orang yang tidak memiliki keahlian di bidang tersebut, ini pertanda hari kiamat sudah dekat.
___________________________________
Referensi
- Ammi Nur Baits, Fiqh ASN dan Karyawan, cetakan pertama, 2021
- Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cetakan keduapuluhtiga, 2020